I. Landasan Teoritis Perkembangan
Jiwa Anak
- Teori
Perkembangan Fisio-Biologis
Tiga konsep
utama yang melandasi teori fisio-biologis perkembangan individu adalah
kepribadian, sifat (traits), dan temperamen. Kepribadian didefinisikan sebagai
elemen-elemen yang membentuk reaksi menyeluruh individu terhadap lingkungan.
Temperamen adalah gaya perilaku sebagai reaksinya terhadap lingkungan dan
berkaitan dengan traits yaitu atribut kepribadian. Walaupun tidak bersifat
genetic, sifat bawaan (inborn traits) menghasilkan respon social yang berbeda
yang mempengaruhi pola keterikatan (attachment patterns) dan perkembangan
psikopatologi.
Body image
(citra tubuh) merupakan konsep biofisik yang juga mempunyai dimensi biologis
dan social dalam perkembangan seseorang. Bersifat dinamis, dan berkembang
mengikuti perkembangan interpersonal, lingkungan, dan citra tubuh ideal dan
penyesuaian sebagai respon terhadap pertumbuhan fisik dan pengalaman hidup.
Maturasi secara teratur dan berangsur terbentuk yang membedakan anak sebagai
bagian yang terpisah dari ibunya, dan skema tubuh mereka menjadi lebih mantap
dan stabil pada akhir masa remaja.
B. Teori Perkembangan
Psikologis
Teori
psikoanalitis yang dikembangkan oleh Freud, begitu pula teori interpersonal
yang dikenalkan oleh Sullivan mendasari teori psikologis perkembangan. Freud
adalah orang pertama yang menemukan teori perkembangan kepribadian dalam
pengobatan psikoanalitis pada orang dewasa. Ia menekankan pada tahapan
perkembangan dan pengaruh pengalaman masa kecil terhadap perilaku pada saat
dewasa. Freud menyatakan bahwa masa lima tahun pertama kehidupan anak sangat
penting dan pada usia lima tahun karakter dasar yang dimiliki anak telah
terbentuk dan tidak daapt diubah lagi. Freud juga mengenalkan antara lain konsep
transferens, ego, mekanisme koping (coping mechanism),. Sullivan memfokuskan
teori perkembangan anak pada hubungan antara manusia. Tema sentral teori
Sullivan berkisar pada ansietas dan menekankan bahwa masyarakat sebagai
pembentuk keribadian. Anak belajar perilaku tertentu karena hubungan
interpersonal.
C.
Teori Perkembangan Kognitif
Teori
Piaget menekankan bahwa cara anak berpikir berbeda dengan orang dewasa, bahkan
anak belajar secara spontan tanpa mendapatkan masukan dari orang dewasa.
Menurut Piaget, anak belajar melalui proses meniru dan bermain. Menunjukkan
proses kegiatan asimilasi dan akomodasi, yang menjabarkan tiap tahap dan usai
dari kematangan kognitif anak. Perkembangan kognitif mengintegrasikan struktur
pola perilaku sebelumnya ke arah pola perilaku baru yang lebih kompleks.
Kecepatan tiap tahap perkembangan dipengaruhi oleh perbedaan tiap individu dan
pengaruh sosial. Piaget tidak setuju dengan pendapat ilmuwan lain bahwa orang
dewasa dipengaruhi oleh tingkat perkembangan sebelumnya.
D.
Teori Perkembangan Bahasa
Penguasaan
bahasa merupakan tugas perkembangan utama pada masa kanak-kanak, yang mana
struktur linguistik dan kognitif berkembang secara paralel. Chomsky (1975)
dalam teorinya menyatakan bahwa anak menggunakan dan menginterpretasikan
kalimat baru melalui proses kognitif internal yang disebut dengan transformasi,
yaitu penyusunan kata menjadi kalimat. Mula-mula anak memverbalisasi persepsi
mereka dengan memberi nama tentang hal yng dipersepsikan, kemudian meningkat
dengan memverbalisasi emosi mereka. Pemberian nama pada objek dan perasaan yang
dialami, meningkatkan rasa kontrol anak terhadap perasaannya, yang dengan sendirinya
membantu mereka untuk membedakan apa yang nyata dan yang tidak. Perkembangan
anak memudahkan uji realitas dan sebagai dasar terhadap identitas dan perbedaan
semua dimensi pada anak yang sedang berkembang.
E.
Teori Perkembangan Moral
Perkembangan
moral diartikan sebagai konversi sikap dan konsep primitif ke dalam standar
moral yang komprehensif. Proses transformasi ini merupakan bagian dari/dan
tergantung pada kumpulan pertumbuhan kognitif anak, yang timbul sejalan dengan
hubungan anak dengan dunia luar. Teori perkembangan moral anatara lain
dikemukakan oleh Freud, Piaget, dan Kohlberg.
F.
Teori Perkembangan Psikologi Ego
Teori
psikologi ego yang menjembatani psikoanalisis dengan psikologi perkembangan ini
menggunakan pendekatan struktural untuk memnahami individu dengan berfokus pada
ego atau diri sebagai unsur mandiri. Ilmuwan yang mendukung teori ini
berkeyakinan bahwa ego dan unsur rasional yang menentukan pencapaian
intelektual dan sosial terdiri dari sumber energi, motif, dan rasa tertarik.
Pada
dasarnya tidak ada satu teori pun yang secara lengkap menjelaskan perkembangan
jiwa anak dan menyimpulkan secara holistik tentang penyimpangan kesehatan jiwa
pada anak termasuk landasan intervensi yang perlu dilakukan. Oleh karena itu
dalam keperawatan jiwa pada anak dapat digunakan suatu pendekatan yang berfokus
pada keterampilan kompetensi ego anak. Menurut Stuart dan Sundeen (1995),
pendekatan ini sangat efektif dan sensitif secara kultural dalam merencanakan
dan mengimplementasikan intervensi keperawatan apapun diagnosis psikiatri atau
dimanapun tatanan pelayanan kesehatan jiwa diberikan.
Sembilan keterampilan kompetensi
ego yang perlu dimiliki oleh semua anak untuk menjadi seorang dewasa yang
kompeten menurut
Strayhorn (1989) adalah :
1. Menjalin hubungan dekat dengan penuh rasa percaya
2. Mengatasi perpisahan dan membuat keputusan yang mandiri
3. Membuat keputusan dan mengatasi konflik interpersonal secara bersama
4. Mengatasi frustrasi dan kejadian yang tidak menyenangkan
5. Menyatakan perasaan senang dan merasakan kesenangan
6. Mengatasi penundaan kepuasan
7. Bersantai dan bermain
8. Proses kognitif melalui kata-kata, simbol dan citra (image)
9. Membina perasaan adaptif terhadap arah dan tujuan
1. Menjalin hubungan dekat dengan penuh rasa percaya
2. Mengatasi perpisahan dan membuat keputusan yang mandiri
3. Membuat keputusan dan mengatasi konflik interpersonal secara bersama
4. Mengatasi frustrasi dan kejadian yang tidak menyenangkan
5. Menyatakan perasaan senang dan merasakan kesenangan
6. Mengatasi penundaan kepuasan
7. Bersantai dan bermain
8. Proses kognitif melalui kata-kata, simbol dan citra (image)
9. Membina perasaan adaptif terhadap arah dan tujuan
II. Proses Keperawatan
A. Pengkajian
Perawat mengkaji penguasaan anak terhadap tiap
area keterampilan yang dibuthkan anak untuk dapat menjadi seorang dewasa yang
kompeten.
·
Kaji kembali riwayat klien untuk adanya jhal-hal yang
mencetuskan stressor atau data yang signifikan, antara lain riwayat keluarga,
peristiwa-peristiwa hidup yang menimbulkan stres, hasil pemeriksaan kesehatan
jiwa, riwayat masalah fisik dan psikologis serta pengobatannya.
·
Catat pola pertumbuhan dan perkembangan anak dan
bandingkan dengan alat standar, seperti The Developmental Screening Test dan
versi yang sudah direvisi (Wong, 1997).
·
Catat bukti pencapaian tugas perkembangan yang sesuai
bagi anak atau remaja.
·
Lakukan pemeriksaan fisik pada anak atau remaja, catat
data normal atau abnormal.
·
Kaji respon perilaku yang dapat mengindikasikan gangguan
pada anak-anak atau remaja. Pastikan untuk mengkaji interaksi langsung,
observasi permainan, dan interaksi dengan keluarga dan teman sebaya.
·
Identifikasi bukti gangguan kognitif.
·
Observasi adanya bukti-bukti gangguan mood.
·
Kaji kelebihan dan kelemahan sistem keluarga.
Selain mengkaji keterampilan yang
telah diuraikan tersebut, perawat juga perlu mengkaji data demografi, riwayat
kesehatan terdahulu, kegiatan hidup anak sehari-hari, keadaan fisik, status
mental, hubungan interpersonal, serta riwayat personal dan keluarga.
1. Data demografi
Meliputi
nama, usia, tempat dan tanggal lahir anak; nama, pendidikan, alamat orang tua;
serta data lain yang dianggap perlu diketahui.riwayat kelahiran, alergi,
penyakit dan pengobatan yang pernah diterima anak, juga perlu dikaji. Selain
itu, aktivitas kehidupan sehari-hari anak meliputi keadaan gizi termasuk berat
badan, jadwal makan dan minat terhadap makanan tertentu, tidur termasuk
kebiasaan dan kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah yang
berkaitan dengan eliminasi, kecacatan dan keterbatasan lainnya.
2. Fisik
Perlu
diperiksa keadaan kulit, kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut,
pernafasan, kardiovaskular, muskuloskeletal, dan neurologis anak. Pemeriksaan
fisik lengkap sangat diperlukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan
fisik terhadap perilaku anak. Selain itu hasil pemeriksaan fisik berguna
sebagai dasar dalam menentukan pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk
mengetahui kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah dialami anak.
3. Status mental
Pemeriksaan
status mental bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai fungsi ego anak.
Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi ego anak dari waktu ke
waktu. Oleh karena itu, status mental anak perlu dkaji setiap waktu dengan
suasana yang santai dan nyaman bagi anak. Pemeriksaan atatus mental meliputi
keadaan emosi, proses berpikir, dan isi pikiran; halusinasi dan persepsi; cara
bicara dan orientasi; keinginan untuk bunuh diri atau membunuh. Pengkajian
terhadap hubungan interpesonal anak dilihat dalam hubungannya dengan anak
sebayanya, yang penting untuk mengetahui kesesuaian perilaku dengan usia.
4. Riwayat personal dan
keluarga
Meliputi
faktor pencetus masalah, riwayat gejala, tumbuh kembang anak, biasanya
dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat diperlukan untuk mengerti perilaku anak
dan membantu menyusun tujuan asuhan keperawatan. Pengumpulan data keluarga
merupakan bagian penting dari pengkajian melalui pengalihan fokus anak sebagai
indivdu ke sistem keluarga. Tiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk
mengidentifikasi siapa yang bermasalah dan apa yang telah dilakukan oleh
keluarga untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Untuk menegakkan diagnosa keperawatan, data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa sebagai dasar perencanaan asuhan keperawatan selanjutnya.dalam keperawatan psikiatri dapat digunakan PND (Psychiatric Nursing Diagnosis), NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) dan DSM-III R (Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorders).
Untuk menegakkan diagnosa keperawatan, data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa sebagai dasar perencanaan asuhan keperawatan selanjutnya.dalam keperawatan psikiatri dapat digunakan PND (Psychiatric Nursing Diagnosis), NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) dan DSM-III R (Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorders).
B. Perencanaan
Tujuan asuhan keperawatan disusun
sesuai dengan kebutuhan anak, seperti modifikasi penyesuaian anak sekolah, dan
perubahan lingkungan anak. Untuk anak yang dirawat di unit perawatan jiwa,
tujuan umumnya adalah sebagai berikut:
1.
Memenuhi kebutuhan emosi anak dan kebutuhan untuk
dihargai
2.
Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan untuk
berperilaku defensif
3.
Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain
4.
Membantu mengembangkan identitas diri anak
5.
Memberikan anak kesempatan untuk menjalani kembali
tahapan perkembangan terdahulu yang belum terselelsaikan secara tuntas
6.
Membantu anak berkomunikasi secara efektif
7.
Mencegah anak untuk menyakiti baik dirinya maupun diri
orang lain
8.
Membantu anak memelihara kesehatan fisiknya
9.
Meningkatkan uji coba realitas yang tepat
C. Implementasi
Berbagai bentuk terapi pada anak
dan kelurga dapat diterapkan, yang terdiri dari :
1. Terapi bermain
Pada
umumnya merupakan media yang tepat bagi anak untuk mengekspresikan konflik yang
belum terselesaikan, selain juga berfungsi untuk :
a.
Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang
tidak dapat dikendalikan sebelumnya
b.
Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari
c.
Berkomunikasi dengan orang lain
d.
Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan
dengandiri sendiri, dunia luar, dan orang lain
e.
Mencocokkkan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan
realitas
2. Terapi keluarga
Semua
anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga. Orangtua perlu
belajar secara bertahap tentang peran mereka dalam permasalahan yang dihadapi
dan bertanggung jawab terhadap perubahan yang terjadi pada anak dan keluarga.
Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk menyadari bahwa keadaan dalam keluarga
turut meninbulkan gangguan pada anak. Oleh karena itu perawat perlu
berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran keluarga.
3. Terapi kelompok
Terapi
kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan atau berbicara.
Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan uji realitas,
mengendalikan impuls (dorongan internal), meningkatkan harga diri,
memfasilitasi pertumbuhan, kematangan dan keterampilan sosial anak. Kelompok
dengan lingkungan yang terapeutik memungkinkan anggotanya untuk menjalin
hubungan dan pengalaman sosial yang positif dalam suatu lingkungan yang
terkendali.
4. Psikofarmakologi
Walaupun
terapi obat bekum sepenuhnya diterima dalm psikiatri anak, tetap bermanfaat
untuk mengurangi gejala (hiperaktif, depresi, impulsif, dan ansietas) dan
membantu agar pengobatan lain lebih efektif. Pemberian obat ini tetap diawasi
oleh dokter dan menggunakan pedoman yang tepat.
5. Terapi individu
Ada
berbagai terapi individu, terapi bermain psikoanalitis, psikoanalitis
berdasarkan psikoterapi, dan terapi bermain pengalaman. Hubungan antara anak
dengan therapist memberikan kesempatan apda anak untuk medapatkan pengalaman
mengenai hubungan positif dengan orang dewasa dengan penuh kasih sayang dan uji
realitas.
6. Pendidikan pada orang
tua
Pendidikan
terhadap orang tua merupkan hal yang penting untuk mencegah gangguan kesehatan
jiwa anak, begitu pula untuk meningkatkan kembali penyembuhan setelah dirawat.
Orang tua diajarkan tentang tahap tumbuh kembang anak, sehingga orang tua dapat
mengetahui perilaku yang sesuai dengan usia anak. Keterampilan berkomunikasi juga meningkatkan
pengertian dan empati antara orangtua dan anak. Teknik yang tepat dalam
mengasuh anak juga diperlukan untuk mengembangkan disiplin diri anak. Hal-hal
lain seperti psikodinamika keluarga, konsep kesehatan jiwa, dan penggunaan
pengobatan, juga diajarkan.
7. Terapi lingkungan
Konsep
terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang
dialami anak. Lingkungan yang aman dan kegiatan yang teratur dan terprogram,
memungkinkan anak untuk mencapai tugas terapeutik dari rencana penyembuhan
dengan berfokus pada modifikasi perilaku. Program yang berfokus pada perilaku,
memungkinkan staf keperawatan untuk memberikan umpan balik terus menerus kepada
anak-anak tentang perilaku mereka sesuai jadwal kegiatan. Untuk perilaku yang
baik, mereka menerima pujian, stiker atau nilai, tergantung pada tingkat
perkembangannya. Sebaliknya, perilaku negatif tidak ditoleransi.
D. Evaluasi
Pada
umumnya fasilitas penyembuhan bagi anak dengan gangguan jiwa mempunyai program
yang dirancang untuk jangka waktu tertentu. Waktu perawatan jangka pendek
biasanya berkisar antara 2 sampai 4 minggu, dan direncanakan untuk diagnosa dan
evaluasi, intervensi krisis, serta perencanaan yang komprehensif.
Pada umunya pengamatan perawat
berfokus pada perubahan perilaku anak
1.
Apakah anak menunjukkan kesadaran dan pengertian tentang
dirinya sendiri melalui refleksi diri dan meningkatnya kemampuan untuk membuat
keputusan secara rasional?
2.
Anak harus mulai beradaptasi dengan lingkungannya dan
tidak impulsif. Aspek yang perlu dievaluasi antara lain :
a.
Keefektifan intervensi penanggulangan perilaku
b.
Kemampuan untukberhubungan dengan teman sebaya, orang dewasa
dan orang tua secara wajar
c.
Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri
d.
Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai
rekreasi dan proses belajar
e.
Respons terhadap peraturan dan rutinitas
f.
Status mental secara menyeluruh
g.
Koordinasi dan rencana pemulangan
Daftar Pustaka
Hamid, Achir, 1999. Buku
Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa pada Anak dan Remaja. Jakarta :
Widya Medika.
Isaac, Ann. 2004. Panduan
Belajar : Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar